Agama, Toleransi, Dan Pengetahuan


Menurut saya, tidak masalah kita mempelajari dan meniru yg baik2nya dari ajaran agama apapun dgn tetap memegang prinsip dari agama yg kita anut.

Dlm Hindu dan Budha diajarkan ttg yoga, sbg salah satu upaya untuk menenangkan pikiran. Pikiran yg tenang akan menjauhkan anda dari stress (melihat pola hidup dan kesibukan di jaman modern ini), menyehatkan badan dan pikiran anda, serta (yg saya alami) menjadikan pikiran jernih dan ide mengalir dgn deras.
*koreksi klo saya salah, CMIIW

Dlm Kristen (Protestan, Katolik) diajarkan bagaimana riangnya kita datang beribadah ke hadapan Tuhan. Ibadah, agama apapun, dijalankan dgn baik dan senang hati, bukan karena terpaksa, apalagi hanya untuk mengejar surga semata. Ibadah krn memang sudah menjadi hak dan kewajiban kita sbg umatNya.
*koreksi klo saya salah, CMIIW

Dlm Islam, melalui Rasullah, sudah diajarkan bagaimana pola hidup sehari – hari yg sehat. Mulai dari sikap tidur yg baik, cara makan minum yg baik, mandi yg baik, (maaf) boker dan kencing yg baik (bahkan bagaimana melangkahkan kaki kiri dan kaki kanan saat masuk dan keluar WC). Kemudian pentingnya meminum air mineral. Saya lebih suka menyebutkan air mineral untuk air sehat yg tidak berwarna, tidak berbau, mengandung mineral penting dan oksigen yg diperlukan tubuh. Klo air putih kok sptnya lbh mengacu ke susu yah? Ok, saya pernah baca berikut anjuran minum air mineral untuk kesehatan dlm Islam :
1. Minum air mineral setelah bangun tidur –> membersihkan organ2 internal tubuh (jantung, hati, usus, paru2, dll).
2. Minum air mineral sebelum makan –> membantu fungsi lambung.
3. Minum air mineral sebelum mandi –> membantu menurunkan tekanan darah, membantu proses pencernaan.
4. Minum air mineral sebelum tidur –> mencegah dan mengobati stroke dan serangan jantung.
*koreksi klo saya salah, CMIIW

Lalu bagaimana dgn mereka yg “katanya” tidak beragama atau tidak jelas agamanya? Maaf, saya menyebutkan salah satunya di Jepang : sembahyang dlm agama Budha (kuil), memegang teguh agama Shinto (agama leluhur), pernikahan dlm Kristen di gereja. Pernah saya mengobrol langsung dgn salah seorang kenalan Indonesia yg lama tinggal di Jepang, saat seminar Informatic kemarin di STEI ITB, mengundang akademisi dan profesor dari Kyoto University (NB : Kyoto University hanya mengunjungi ITB dan UI saja), Jumat 19 Sept 2014 kmrn.

Apa yg kenalan saya itu sebutkan? “Lama saya di sana (Jepang), saya jadi malu dgn ulah segelintir orang2 kita (Indonesia) akhir2 ini, saya simak terus dari internet dan TV. Mereka mengakunya beragama, tapi mereka suka anarkis klo demo, suka diadu domba dan mengadu domba sesama bangsa sendiri hanya untuk perbedaan agama dan suku, tidak mau antre dgn tertib, tidak punya malu (sudah terbukti korupsi dan gagal pun masih tidak mau mundur dari jabatan), tidak suka membaca dan menulis (daya dan minat baca tulis msh rendah), suka korupsi. Bahkan dana haji, makanan, sapi, dana pendidikan dikorupsi pula, coret2 fasilitas umum (bahkan ada objek wisata gunung di jepang tak luput dari coret2 ini katanya), belum lagi korupsi waktu, dll. Bangsa kita tdk akan bs berubah ke arah yg lebih baik klo bukan kita sendiri yg bersama – sama mengubah kebiasaan2 buruk tsb, diri sendiri dan orang lain. Maaf klo saya bicara begini, bukannya saya benci dgn bangsa sendiri, tp memang begitulah kenyataannya pak dan ini tugas kita bersama.”

*Sekali lagi, koreksi klo saya salah, CMIIW.

Tinggalkan komentar